JULIUS Robert Oppenheimer, juga dikenal sebagai Prometheus dari Amerika Serikat yang diberi gelar ‘Bapak Bom Atom’. Ia berhasil menciptakan senjata, membangun peradaban, bahkan menciptakan dunia baru, tetapi akhirnya merasa takut dengan ciptaannya sendiri.
Perjalanan Oppenheimer sebagai seorang ilmuwan penuh dengan tantangan dan lika-liku. Prestasinya sebagai pencipta bom atom sangat kontradiktif, di satu sisi ia berhasil menciptakan sesuatu yang memiliki dampak besar bagi negara dan dunia, tetapi di sisi lain, bom yang Ia ciptakan merupakan senjata pemusnah massal yang menyebabkan banyak nyawa hilang.
Lahir di New York pada 22 April 1904, orangtuanya adalah imigran Jerman yang sukses dalam perdagangan tekstil. Sejak kecil, Ia telah menunjukkan minatnya pada filosofi dan sains. Setelah meraih gelar dari Harvard University, Ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di University of Cambridge, melakukan riset di Cavendish Laboratory yang dipimpin oleh Lord Ernest Rutherford, laboratorium fisika yang terkenal dalam penelitian struktur atom.
Pada tahun 1927, di bawah bimbingan Max Born, seorang fisikawan yang berkontribusi pada ilmu mekanika kuantum, Oppenheimer meraih gelar PhD dari University of Goettingen. Kemudian pada tahun 1942, Oppenheimer diminta untuk memimpin tim fisikawan Amerika dan Inggris di Manhattan Project. Di tim tersebut, mereka mencari cara untuk memanfaatkan energi nuklir untuk tujuan militer, termasuk menciptakan bom atom. Upaya mereka berhasil, dan uji ledakan bom atom pertama di dunia dilaksanakan pada 16 Juli 1945 di Gurun Jornada del Muerto. Ledakan bom itu setara dengan 21 kiloton TNT dan getarannya terasa hingga sejauh 160 kilometer. Salah satu bom atom hasil karyanya digunakan untuk menghancurkan Kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada tahun 1945.
Meski Oppenheimer berperan dalam pengembangan bom atom, setelah perang berakhir, pandangannya tentang senjata nuklir berubah. Ia menyadari potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh senjata tersebut. Akhirnya, ia menjadi seorang advokat untuk pengendalian senjata nuklir, yang menempatkannya dalam perselisihan dengan pemerintah AS yang ingin terus mengembangkan senjata nuklir untuk tujuan militer.
Pada tahun 1954, izin keamanan Oppenheimer dicabut dan namanya dihapus dari program senjata nuklir. Setelah peristiwa tersebut, Oppenheimer kembali ke dunia akademis dan melanjutkan karyanya dalam ilmu fisika.
Meski kontroversial, karyanya diakui dan dihargai oleh masyarakat luas. Pada tahun 1963, Presiden Lyndon B. Johnson memberikan Medal of Freedom kepada Oppenheimer sebagai penghargaan atas kontribusinya yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan