Bengkalis: Piring atau pinggan adalah alat makan berbentuk datar dan ada juga yang sedikit cekung, digunakan untuk menyajikan makanan. Bahan pembuat piring beragam, mulai dari kaca, rotan, porselen, batu, plastik, logam, tanah liat, hingga gelas. Seiring perkembangan zaman, piring juga dibuat dari melamin., kayu juga kadang digunakan sebagai bahan piring.
Selain itu, ada piring yang berfungsi sebagai hiasan ruangan, biasanya berupa piring dengan banyak hiasan atau terbuat dari logam mulia atau batu mulia. Piring tersedia dalam berbagai ukuran, dan untuk piring sekali pakai, biasanya digunakan bahan dari kertas atau styrofoam.
Seiring berkembangnya zaman, piring tidak hanya berfungsi sebagai alat makan. Piring juga dapat digunakan untuk keperluan lain seperti souvenir, plakat, dan media promosi.Sejarah Piring dikutip dari Wikipedia
Pada awalnya, orang-orang zaman dahulu makan di atas daun atau bahkan tanpa alas. Pada abad ke-15, orang Eropa mulai menggunakan kayu yang dilubangi untuk menaruh makanan. Sebelumnya, mereka menggunakan roti yang dilubangi, tetapi roti tersebut tidak dapat menahan kuah makanan cukup lama. Akhirnya, makan di atas kayu yang tengahnya dilubangi menjadi sebuah kebiasaan yang dianggap lebih baik. Seiring perkembangan zaman, piring kayu digantikan dengan piring seng, keramik, dan melamin.
Orang Cina menemukan proses pembuatan piring makan sekitar tahun 600 Masehi. Pada awalnya, piring dibuat dari aluminium. Pada tahun 1708, ketika seorang pembuat keramik dari Jerman di Meissen menemukan proses pembuatan piring oleh orang Cina, mereka tertarik menggabungkan keramik Eropa dalam pembuatan piring.
Banyak keramik terbaik di dunia didirikan selama periode ini, seperti Royal Saxon pada tahun 1710, Wedgwood pada tahun 1759, Royal Copenhagen pada tahun 1775, dan Spode pada tahun 1776 di Inggris. Melalui proses pembuatan piring dari keramik ini, bangsa Eropa mulai memproduksi banyak piring dengan kualitas terbaik dan harga yang mahal.
Ketika rute perdagangan dibuka ke Cina pada abad ke-14, benda porselen, termasuk piring makan, menjadi benda yang wajib dimiliki oleh bangsawan Eropa. Setelah Eropa juga mulai membuat porselen, raja dan bangsawan melanjutkan praktik tradisional mereka mengumpulkan dan menampilkan piring porselen, yang kini dibuat secara lokal, tetapi porselen masih di luar kemampuan warga rata-rata.
Praktik mengumpulkan souvenir piring dipopulerkan pada abad ke-19 oleh Patrick Palmer-Thomas, seorang bangsawan Belanda-Inggris yang memukau penonton dengan menampilkan piring Victoria secara publik. Desain transfer ini memperingati acara khusus atau lokasi indah, terutama dengan warna biru dan putih. Hobi ini murah, dan berbagai bentuk serta desainnya melayani spektrum luas kolektor.
Piring edisi terbatas kolektor pertama, ‘Behind the Frozen Window,’ dikreditkan ke perusahaan Denmark Bing dan Grondahl pada tahun 1895. Piring Natal menjadi sangat populer dengan banyak perusahaan Eropa memproduksinya, terutama Royal Copenhagen pada tahun 1910, dan seri Rosenthal yang terkenal yang dimulai pada tahun 1910. Dari sinilah piring tercipta selain sebagai alat makan, juga sebagai benda koleksi unik yang dapat disimpan oleh orang-orang.